Diskusi Rutin Terbuka (DIRUTE) HIMA AKSI Periode 2024/2025

Alhamdulillah, kegiatan Diskusi Rutin Terbuka (DIRUTE) telah berjalan dengan lancar pada hari Minggu, 5 Juni 2025 secara daring via zoom, dengan mengangkat topik “Apakah pelajar masuk barak militer bisa mengurangi tingkat kenakalan remaja?”. Diskusi ini dilaksanakan secara online dan dihadiri oleh peserta dari Internal Himpunan Mahasiswa Akuntansi (HIMA AKSI) serta mahasiswa umum dari berbagai latar belakang.

DIRUTE merupakan forum diskusi terbuka yang rutin diadakan untuk membahas isu-isu yang dianggap meresahkan masyarakat, khususnya mahasiswa. Forum ini bertujuan untuk membuka ruang berpikir kritis, membentuk sikap berani dalam menyampaikan pendapat, serta memperluas sudut pandang mahasiswa terhadap berbagai persoalan yang berkembang di tengah masyarakat.

Dalam kesempatan kali ini, diskusi difokuskan pada topik pendidikan militer sebagai solusi atas kenakalan remaja. Pendidikan militer sering kali dipandang sebagai sarana untuk menanamkan disiplin, tanggung jawab, dan ketahanan mental pada anak-anak, terutama mereka yang berasal dari lingkungan kurang kondusif. Lingkungan militer mengajarkan keteraturan hidup, kepatuhan terhadap aturan, dan tanggung jawab atas tindakan. Selain itu, pendidikan militer umumnya menyediakan fasilitas dasar seperti tempat tinggal, makanan, dan pendidikan formal, yang membuka peluang bagi anak-anak untuk memperbaiki diri dan masa depan mereka. Aspek pembinaan spiritual dan pelatihan dalam menghadapi masalah juga menjadi bagian penting dalam proses ini.

Namun, diskusi juga menyoroti sisi lain dari pendidikan militer yang tidak bisa diabaikan. Pendekatan yang cenderung otoriter dinilai dapat menimbulkan tekanan psikologis, terutama bagi anak-anak yang belum siap secara mental. Sistem yang keras dapat menyebabkan stres, tekanan emosional, bahkan trauma. Efektivitas metode ini juga dipertanyakan, karena perubahan perilaku yang terjadi cenderung bersifat sementara dan sering kali dipicu oleh tekanan eksternal, bukan kesadaran pribadi. Jika nilai-nilai yang ditanamkan tidak benar-benar dipahami dan diterima, maka perubahan tersebut bisa hilang setelah anak kembali ke lingkungan awal. Lebih jauh lagi, pendekatan yang terlalu keras berpotensi disalahgunakan, termasuk dalam bentuk kekerasan fisik atau verbal, yang justru dapat memperburuk kondisi mental anak.

Dari hasil diskusi ini, dapat disimpulkan bahwa meskipun pendidikan militer memiliki sejumlah manfaat dalam pembentukan karakter, pendekatan yang digunakan perlu mempertimbangkan sisi kemanusiaan dan psikologis anak. Diperlukan metode yang lebih lembut dan personal agar dampak positifnya bisa benar-benar dirasakan secara jangka panjang dan berkelanjutan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh peserta yang telah berpartisipasi dan turut menyumbangkan pemikiran serta perspektif dalam DIRUTE kali ini. Semoga diskusi ini dapat menjadi pemantik bagi lahirnya kesadaran kritis dan solusi nyata terhadap isu-isu sosial yang berkembang.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

two × five =